Jumat, 04 September 2009

Rahasia di Balik Maksiat

Kalbu salim memiliki tanda, berbilang jumlahnya. Salah satunya adalah tidak bosan melakukan ketaatan kepada ALLAH, apalagi menghentikannya. Baginya, ubudiyah kepada ALLAH serupa pengabdian dan pelayanan kepada sang kekasih, nikmat dan membuat kecanduan. Sebab, tiada perasaan 'terhubung' yang lebih indah melebihi rindu yang berbalas, yang menjadi energi untuk selalu mengulang-ulang saat terhubung dalam peribadatan.
Namun, ubudiyah bukanlah perasaan rindu di ruang hampa. Yang hanya pintar mengulang tanpa menjadikannya sekelas bintang. Yang hanya memberi kuantitas tanpa peduli kualitas. Juga yang hanya menghadirkan amal yang banyak, dan bukan yang terbaik. Sedang hidup mati, dijadikan ALLAH untuk melihat siapa yang amalnya terbaik; ahsanu 'amala.
Menyertakan cinta dalam ubudiyah, akan menghadirkan 'keintiman' yang berkelas. Pada penjagaan mutu meski persembahan berbilang dan berulang, bukan sekadar banyaknya pemberian. Ubudiyah yang mengandung cinta, jauh dari sikap main-main dan asal-asalan. Sebab kita harus cermat menghitung ruginya waktu terpakai, karena ialah satu-satunya milik kita. Pada sisi lain, kecerdasan kita akan paralel dengan kekikiran kita membuang waktu dalam hal-hal yang tidak jelas manfaatnya.
Peduli akan kualitas inilah yang meniscayakan istighfar saat selesai melakukan ketaatan, bukan hanya ketika kita menyesali maksiat yang telah kita perbuat. Sebab kita harus khawatir adanya cacat-cacat yang mengiringi ibadah, yang mengotori dan membawanya pergi dari kesempurnaan. Kita tahu, amal berkualitas rendah - meski seringkali berbungkus ketaatan - , tidak layak dipersembahkan kepada Sang Maha Sempurna.
Ibnu Madyan berkata bahwa yang merealisasikan ubudiyah adalah dia yang melihat amal-amalnya dengan mata riya, mengaku-aku, serta melihat ucapannya dengan kacamata kepalsuan, hingga RosuluLLAH pun, biasa beristighfar seusai sholat beliau yang sempurna.
Maka, rasa puas dalam beribadah adalah bencana. Apalagi jika berlanjut dengan meremehkan dan mencela orang lain yang melakukan ketaatan lebih rendah, atau bahkan maksiat. Kecuali mereka yang bangga dengan maksiatnya, dan terang-terangan mengajak orang lain mendukungnya.
Ada rahasia ALLAH dalam maksiat yang ditaubati. Sebab, boleh jadi ALLAH menyayangi pelakunya dan menguji kita dengan hal itu. Yang dalam sesalnya, gundah gelisahnya, kehinaan dan kerendahan yang ditanggungnya, serta dalam hati remuk redamnya, hal itu lebih bermanfaat baginya, melebihi ketaatan kita yang disertai anggapan suci diri, dan merasa lebih pandai bersyukur, lebih memiliki ketaatan yang kuat, serta merasa terbebas dari dosa.
Kita harus tahu, bahwa maksiat yang membawa kerendahan di sisi ALLAH, bisa jadi lebih dicintai daripada ketaatan yang membawa kesombongan. Sebagaimana ratapan penyesalan dosa lebih disukai ALLAH daripada riuhnya tasbih yang diikuti kebanggaan amalan. Bagi hamba yang bertaubat, air mata penyesalan adalah obat yang menyembuhkan luka jiwa. Sedang bagi yang mengaku taat, peremehannya kepada pelaku maksiat yang bertaubat, adalah racun mematikan yang telah bekerja menghancurkannya.
Kini, siapa yang menyadari rahasia kecil ini?
(majalah ar-risalah edisi 96)

Rabu, 02 September 2009

Jadwal Kehidupan Harian Seorang Muslim

Oleh: Ust. Dr. H. Muchammad Ichsan, Lc., MA.

Jadwal kehidupan harian seorang muslim harus mengacu kepada syari'at Islam. Sekurang-kurangnya, ia mesti bangun pagi begitu mendengar adzan subuh dikumandangkan. Bangkit dari tidur dengan membaca do'a, lalu pergi ke kamar mandi untuk buang air, gosok gigi dan berwudhu.
Namun alangkah baiknya jika dia sudah bangun sebelum adzan subuh supaya dapat melakukan Qiyamullail, yakni menghidupkan malamnya dengan ibadah sholat tahajjud, membaca al Qur'an, dzikir, taubat, istighfar dan lainnya. Qiyamullail ini walaupun bersifat sunnah namun perlu diusahakan menjadi rutinitas harian, karena fadhilah dan dampaknya bagi kepribadiannya sangat besar. Dan supaya bisa bangun cepat maka dia harus tidur cepat. Tidak seperti banyak dilakukan orang zaman sekarang, mereka tidurnya sesudah jauh malam, sehingga berat untuk bangun subuh dan apalagi bangun untuk tahajjud.
Sholat subuh hendaknya dilakukan dengan berjama'ah di masjid. Dengan sholat subuh ini berarti seorang muslim telah memulai harinya dengan beribadah kepada ALLAH. Setelah itu waktunya bisa diisi dengan membaca al Qur'an atau dzikir hingga matahari terbit sebagaimana dicontohkan Nabi saw.
Setelah itu sarapan pagi sekedarnya dan mandi. Lalu bersiap-siap menuju ke tempat kerja untuk memulai tugas atau pekerjaan rutinnya. Seorang muslim harus berusaha mencari rezeki yang halalanthoyyiban, meskipun ia sudah kaya atau mampu. Seorang muslim bisa menjadikan pekerjaannya mencari penghidupan itu sebagai ibadah dan jihad. Syaratnya, ia harus mengikhlaskan liLLAHi ta'ala sebelum memulai kerja, lalu ia mengerjakannya sesuai dengan ajaran syari'at dan kesibukannya itu tidak membuatnya lupa mengingat ALLAH, khususnya kewajiban sholat.
Ketika adzan dzuhur dikumandangkan, hendaknya dia meninggalkan pekerjaannya sementara waktu untuk bersegera mendirikan sholat dzuhur pada awal waktu secara berjama'ah. Setelah itu makan siang secukupnya. Kadang-kadang sebagian orang memerlukan istirahat atau tidur siang setelah itu.
Kemudian tatkala waktu asar tiba, hendaklah ia bangun jika tadi tidur siang atau meninggalkan kerjanya jika masih bekerja untuk segera menunaikan sholat asar dengan jama'ah. Setelah sholat asar, waktu luang bisa diisi untuk berolah raga atau melakukan hobi seperti berkebun, merawat burung atau binatang peliharaan atau lainnya atau bisa juga waktu tersebut digunakan untuk membersihkan persekitaran atau mandi atau mengunjungi kawan-kawan dan lain sebagainya.
Menjelang maghrib seorang muslim kalau bisa menyempatkan diri berdzikir kepada ALLAH dengan dzikir-dzikir yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Kemudian begitu adzan maghrib, dia sudah bersiap sedia menunaikannya secara berjama'ah. Waktu antara maghrib dengan isya' sangat bagus untuk dimanfaatkan untuk membaca al Qur'an atau mengajar anak-anak membaca al Qur'an, mendengar ceramah agama atau aktivitas lainnya yang bermanfaat.
Setelah itu, sholat isya' dikerjakan dengan berjama'ah. Lalu makan malam secukupnya. Kemudian belajar atau membaca buku-buku yang bermanfaat. Setelah itu bersiap-siap untuk tidur. Tidur hendaklah dalam keadaan bersuci dan tidak terlalu larut malam, supaya dapat bangun malam dan sholat subuh.
Demikianlah kurang lebih jadwal kehidupan harian seorang muslim pada umumnya. Selanjutnya, jadwal yang lebih rinci diserahkan kepada diri kita masing-masing karena hanya kitalah yang tahu secara persis kebutuhan hidup kita. Jadi, secara umum, kita harus mengatur waktu dan urusan kita agar sesuai dengan jadwal waktu-waktu sholat. Ini karena sholat itu menjadi tolak ukur kepada seluruh pekerjaan yang lain. Jika sholatnya baik--termasuk tepat waktunya--, maka pekerjaan lainnya juga insyaALLAH baik.
Selain jadwal harian, seorang muslim juga ada jadwal mingguan, bulanan dan tahunan. Semua jadwal tersebut harus disesuaikan dengan syari'at supaya teratur dan tidak bertentangan dengan syari'at Islam.
(dikutip dari buku 'Tiba Waktumu Mengatur Waktu')